Sistem Pengap ian Konvensional dan EFI
1.
Sistem
Pengapian Konvensional
1.1
Pengertian
dan Fungsi Sistem Pengapian Konvensional
Sistem pengapian adalah salah satu sistem yang ada di
dalam motor bensin yang menjamin agar motor dapat bekerja. Sistem
pengapian ini berfungsi untuk menimbulkan
bunga api dengan menggunakan koil pengapian (ignition coil) yang kemudian didistribusikan ke masing-masing busi
melalui kabel tegangan
tinggi untuk membakar campuran bahan bakar yang sudah dikompresikan di dalam silinder. Sistem pengapian harus dapat
menghasilkan loncatan bunga api,
saat menghasilkannya pun harus tepat, dan saat
motor mengalami perubahan beban atau kecepatan,sistem
pengapian harus bisa menyesuaikan
sehingga motor dapat bekerja dengan sempurna .
1.2
Komponen
– Komponen dan Prinsip Kerja
Komponen pada sistem pengapian
konvensional, yaitu :
a. Baterai
Baterai adalah alat listrik-kimiawi yang menyimpan energi dan mengeluarkannya dalam bentuk listrik. Fungsi baterai adalah sebagai penyedia listrik pada
sistem kelistrikan pada kendaraan.
Ada 2 macam tipe baterai yaitu :
1. Baterai Tipe Basah (Wet Type)
Baterai tipe basah (wet
type) terdiri dari elemen-elemen yang telah diisi penuh dengan muatan listrik
(full charged) dan dalam penyimpanannya telah diisi dengan elektrolit. Baterai
ini tidak bisa dipertahankan tetap dalam kondisi full charge. Sehingga harus
diisi (charge) secara periodik.
Selama baterai tidak digunakan dalam penyimpanan, akan
terjadi reaksi kimia secara lambat yang menyebabkan berkurangnya kapasitas
baterai. Reaksi ini disebut “self Discharge”.
2. Baterai Tipe kering (Dry Type)
Baterai tipe kering (Dry
Type) terdiri dari plat-plat (positip & negatip) yang telah diisi penuh
dengan muatan listrik, tetapi dalam penyimpanannya tidak diisi dengan
elektrolit. Jadi keluar pabrik dalam kondisi kering. Pada dasarnya baterai ini
sama seperti dengan baterai tipe basah. Elemen-elemen bateraij ini diisi secara
khusus dengan cara memberikan arus DC pada plat yang direndamkan ke dalam
larutan elektrolit lemah. Setelah plat-plat itu terisi penuh dengan muatan
listrik, kemudian diangkat dari larutan elektrolit lalu dicuci dengan air dan
dikeringkan. Kemudian plat-plat tersebut dirangkai dalam case baterai. Sehingga
biala baterai tersebut akan dipakai, cukup diisi elektrolit dan langsung bisa
digunakan tanpa discharge kembali.
b. Kunci
Kontak
Kunci kontak
berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan listrik pada rangkaian atau
mematikan dan menghidupkan sistem. Kunci kontak pada kendaraan memiliki 3 atau
lebih terminal. Terminal utama pada kontak adalah terminal B atau AM
dihubungkan ke baterai, Terminal IG dihubungkan ke (+) koil pengapian dan beban
lain yang membutuhkan, terminal ST dihubungkan ke selenoid starter. Jika kunci
kontak tersebut memiliki 4 terminal maka terminal yang ke 4 yaitu terminal ACC
yang dihubungkan ke accesoris kendaraan, seperti: radio, tape dan lain-lainnya.
Kunci kontak memiliki 4
posisi yaitu: OFF, ACC, ON dan START. Hubungan kontak untuk masing-masing
posisi adalah sebagai berikut:
c. Coil
Fungsi koil pada sistem
pengapian kendaraan sangat sederhana, yaitu menaikkan tegangan listrik dari aki
yang cuma 12 volt, menjadi ribuan volt. Arus listrik yang besar ini disalurkan
ke busi, sehingga busi mampu meletikkan pijaran bunga api.
Fungsi koil
Fungsi koil pada sistem
pengapian kendaraan sangat sederhana, yaitu menaikkan tegangan listrik dari aki
yang cuma 12 volt, menjadi ribuan volt. Arus listrik yang besar ini disalurkan
ke busi, sehingga busi mampu meletikkan pijaran bunga api.
Yang biasa disebut
sebagai "koil racing", adalah koil yang mampu menghasilkan tegangan
listrik jauh lebih besar ketimbang koil standar. Apabila koil standar rata-rata
menghasilkan tegangan antara 12 ribu hingga 15 ribu volt, maka koil racing bisa
menghasilkan tegangan antara 60 ribu hingga 90 ribu volt
Tentu saja, dengan
tegangan listrik yang lebih besar itu, maka busi dapat menghasilkan pijaran api
yang juga lebih besar. Hasilnya adalah pembakaran yang lebih sempurna.Namun
yang harus diingat adalah, tegangan besar bukan satu- satunya faktor penentu
kualitas koil. Koil yang baik adalah koil yang mampu menghasilkan
tegangan listrik relatif besar dan stabil pada hampir seluruh putaran mesin.
Karena itu setelah menghasilkan tegangan maksimal pada putaran mesin tertentu,
kurva tidak boleh menukik terlalu tajam. Kurva yang menukik terlalu banyak,
menunjukkan kinerja yang buruk pada putaran (RPM) tinggi. Padahal pada RPM
tinggi justru dibutuhkan pembakaran yang baik.
d. Distributor
Fungsi distributor dapat di bagi
dalam 4 bagian ;
a. Bagian pemutus / arus . Pada bagian ini terdiri daria. breaker point (contact point / point ) Fungsinya adalah untuk memutuskan arus listrik dan menghubungkannya dari kumparan primer coil ke massa agar terjadi induksi pada kumparan sekunder coil .induksiterjadi pada saat breaker point I putus atau terbuka
Lihat gambar :
a. Bagian pemutus / arus . Pada bagian ini terdiri daria. breaker point (contact point / point ) Fungsinya adalah untuk memutuskan arus listrik dan menghubungkannya dari kumparan primer coil ke massa agar terjadi induksi pada kumparan sekunder coil .induksiterjadi pada saat breaker point I putus atau terbuka
Lihat gambar :
b. camlobe ( nok )
Fungsinya adalah untuk
mengungkit breaker point agar dapat memutus dan menghubungkan arus listrik pada
kumparan primer coil
Lihat gambar ;
C kondensor
Lihat gambar ;
C kondensor
Fungsinya adalah untuk menghilangkan /mencegah
terjadinya loncatan api atau bunga api listrik pada breaker point. Kemampuan
dari suatu kondensor dapat di tunjukkan dengan berapa besar
kapasitasnya.kapasitas kondenser di ukur dalam (uf ) mikro farad.pada kendaraan
Toyota ,condenser yang di pergunakan ada 3 macam ;
Condenser kabel warna hijau kapasitasnya 0,15
uf
Condenser kabel warna kuning kapasitasnya 0,22
uf
Condenser kabel
warna biru kapasitasnya 0,25 uf
Terbakarnya breaker point sering juga di akibatkan oleh condenser yang tidak sesuai dengan kapasitasnya atau kapasitasnya tidak normal.
Terbakarnya breaker point sering juga di akibatkan oleh condenser yang tidak sesuai dengan kapasitasnya atau kapasitasnya tidak normal.
d. Bagian
Governor Advancer
Bagian ini berfungsi
untuk memajukan saat pengapian sesuai dengan pertambahan mesin .bagian ini
terdiri dari Governor weight dan governor spring ( pegas governor )
Gambar di bawah ini menunjukkan kontruksi dari Governor Advancer
Gambar di bawah ini menunjukkan kontruksi dari Governor Advancer
e. Bagian
Vacum Advancer
Bagian ini berfungsi
untuk memundurkan atau memajukan saat pengapian pada saat beban mesin
bertanmbah atau berkurang. Bagian ini terdiri dari breaker plate vakum advancer
,yang akan bekerja atas dasar kevakuman yang terjadi di dalam intake manifold.
f. Busi
Busi
(dari bahasa Belanda bougie) adalah suatu suku cadang yang dipasang pada
mesin pembakaran dalam dengan ujung elektroda pada ruang bakar. Busi dipasang
untuk membakar bensin yang telah dikompres oleh piston. Percikan busi berupa
percikan elektrik. Pada bagian tengah busi terdapat elektroda yang dihubungkan
dengan kabel ke koil pengapian (ignition coil) di luar busi, dan dengan
ground pada bagian bawah busi, membentuk suatu celah percikan di dalam
silinder. Hak paten untuk busi diberikan secara terpisah kepada Nikola Tesla,
Richard Simms, dan Robert Bosch. Karl Benz juga merupakan salah satu yang
dianggap sebagai perancang busi.
Cara Kerja Busi:
Mesin pembakaran
internal dapat dibagi menjadi mesin dengan percikan, yang memerlukan busi untuk
memercikkan campuran antara bensin dan udara, dan mesin kompresi (mesin
Diesel), yang tanpa percikan, mengkompresi campuran bensin dan udara sampai
terjadi percikan dengan sendirinya (jadi tidak memerlukan busi). Busi
tersambung ke tegangan yang besarnya ribuan Volt yang dihasilkan oleh koil
pengapian (ignition coil). Tegangan listrik dari koil pengapian
menghasilkan beda tegangan antara elektroda di bagian tengah busi dengan yang
di bagian samping. Arus tidak dapat mengalir karena bensin dan udara yang ada
di celah merupakan isolator, namun semakin besar beda tegangan, struktur gas di
antara kedua elektroda tersebut berubah. Pada saat tegangan melebihi kekuatan
dielektrik daripada gas yang ada, gas-gas tersebut mengalami proses ionisasi
dan yang tadinya bersifat insulator, berubah menjadi konduktor.Setelah ini
terjadi, arus elektron dapat mengalir, dan dengan mengalirnya elektron, suhu di
celah percikan busi naik drastis, sampai 60.000 K. Suhu yang sangat tinggi ini
membuat gas yang terionisasi untuk memuai dengan cepat, seperti ledakan kecil.
Inilah percikan busi, yang pada prinsipnya mirip dengan halilintar atau petir.
g. Kabal
Tegangan Tinggi
Kabel
tegangan tinggi berfungsi untuk
menyalurkan arus listrik tegangan tinggi hasil induksi sekunder koil ke busi.
Tegangan yang dialirkan sebesar 15.000 volt sampai 30.000 volt. Kabel tegangan
tinggi terdiri dari tembaga yang diisolasi dengan karet silikon, karena arus
yang mengalir tegangannya sangat tinggi maka isolatornya sangat tebal.
1.3
Sistem
Kerja Pengapian Konvensional
Saat kunci
kontak on, kontak pemutus tertutup, arus dari terminal positif baterai mengalir
ke kunci kontak (lihat gambar (a) di atas), ke terminal positif (+) koil, ke
terminal negatif (-) koil, ke kontak pemutus, kemudian ke massa. Aliran arus ke
kumparan primer koil menyebabkan terjadinya kemagnetan pada coil (gambar (b).
Jika kontak
pemutus terbuka, arus yang mengalir ke kumparan primer terputus dengan
tiba-tiba maka kemagnetan disekitar koil hilang / drop dengan cepat. Kemudian
kumparan terjadi tegangan induksi. Karena saat kontak pemutus terbuka arus
listrik terputus, maka medan magnet pada koil hilang dengan cepat pada kumparan
sekunder terjadi induksi tegangan. Pada kumparan primer juga terjadi tegangan
induksi. Tegangan induksi pada kumparan sekunder disebut dengan tegangan
induksi mutual sedangkan pada kumparan primer disebut tegangan induksi diri.
Tegangan
tinggi pada kumparan sekunder (10000 V atau lebih) disalurkan ke distributor
melalui kabel tegangan tinggi dan dari distributor diteruskan ke tiap-tiap busi
sesuai dengan urutan penyalaannya sehingga pada busi terjadi loncatan api pada
busi. Tegangan pada kumparan primer sekitar 300 sampai 500 V disalurkan ke
kondensor. Penyerapan tegangan induksi diri oleh kondensor ini akan mengurangi
loncatan bunga api pada kontak pemutus. Efek tidak terjadinya loncatan pada
kontak pemutus adalah pemutusan arus primer yang cepat sehingga menghasilkan
perubahan garis-garis gaya magnat pada koil dengan cepat pula.
Aliran Arus
Listrik Saat Konci Kontak ON, Platina Menutup
Aliran arusnya adalah sebagai berikut:
Baterai —-> Kunci kontak —-> Primer koil —-> Platina —-> Massa.
Saat platina membuka, arus listrik
melalui primer koil terputus, terjadi induksi tegangan tinggi pada sekunder
koil, sehingga arus akan mengalir seperti dibawah ini:
Sekunder koil —-> Kabel tegangan tinggi —-> Tutup distributor —->
Rotor —-> Kabel tegangan tinggi (kabel busi) —-> Busi —-> Massa.
Akibat aliran listrik tegangan
tinggi dari sekunder koil, mampu meloncati tahanan udara antara elektroda
tengah dengan elektroda massa pada busi dan menimbulkan percikan bunga api.
Aliran Arus Saat Platina terbuka
1.4
Kerusakan dan Perbaikan Sistem Pengapian
Konvensional
Kinerja sistem pengapian sangat besar pengaruhnya
terhadap kesempurnaan proses pembakaran di dalam silinder, dengan sistem
pengapian yang baik akan diperoleh performa mesin optimal dan pemakaian bahan
bakar yang hemat.Gangguan sistem pengapian konvensional pada motor bensin
paling sering terjadi dibandingkan sistem lain.
Berikut akan diuraikan mengenai gejala dari gangguan
pada sistem pengapian konvensional beserta dengan kemungkinan penyebab dan cara mengatasi
gangguan yang
terjadi pada sistem pengapian konvensional.
KEADAAN
|
KEMUNGKINAN
PENYEBAB
|
PEMERIKSAAN
ATAU PERBAIKAN
|
|
1. Enjin berputar normal tetapi gagal untuk start
|
|
|
|
2. Enjin mengeluar-kan api balik (back fire)
dan gagal untuk start
|
|
|
|
3. Enjin hidup tetapi tersendat-sendat
|
|
|
|
4. Enjin hidup tetapi ada api balik
|
|
|
|
5. Enjin panas berle-bihan
|
|
|
|
6. Enjin kehilangan daya
|
|
|
|
7. Terjadi ketukan (knocking) lemah pada
enjin (ketukan bunga api)
|
|
|
|
8. Busi
rusak
|
|
|
|
9. Enjin tiba-tiba hidup atau mati suri
|
|
|
1.5 MERAWAT SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
Kinerja sistem pengapian sangat besar pengaruhnya
terhadap kesempurnaan proses pembakaran di dalam silinder, dengan sistem
pengapian yang baik akan diperoleh performa mesin optimal dan pemakaian bahan
bakar yang hemat. Agar kinerja sistem pengapian selalu dalam kondisi baik maka
sistem ini perlu dirawat dengan baik. Perawatan sistem pengapian dengan cara
membersihkan, melumasi dan menyetel komponen atau mesin.
Komponen
sistem pengapian yang cepat kotor adalah busi, platina, ujung rotor dan
terminal pada tutup distributor. Bagian tersebut diatas perlu diperiksa dan
dibersihkan kotorannya menggunakan amplas.Bagian sistem pengapian yang perlu
diberi pelumas adalah Nok dan Rubbing block, Poros Nok dan Centrifugal
Advancer.Penyetelan sistem pengapian meliputi penyetelan celah busi, celah
platina atau besar sudut dwell, dan penyetelan saat pengapian.
Bagi pemilik
kendaraan perawatan dapat dilakukan sendiri dengan alat yang terdapat pada
kelengkapan kendaraan, alat dan bahan yang diperlukan, yaitu:
Bahan : Grease (pelumas); amplas.
Alat : Kunci busi; kunci ring nomor
10, 12, 19; obeng (+); obeng (-); feeler gauge; lampu 12 volt dengan dua kabel;
multimeter.
Selain alat diatas pada bengkel yang
baik menggunakan beberapa alat, diantaranya:
a. Spark plug
cleaner and tester, merupakan alat untuk membersihkan dan memeriksa busi.
b. Spark plug
gauge, untuk mengukur dan menyetel celah busi.
c. Tune up
tester, untuk mengukur putaran dan sudut dweel.
d. Timing
tester, untuk mengetahui saat pengapian.
e. Condensor
tester, berfungsi untuk memeriksa kapasitas kondensor.
Langkah kerja
dalam merawat sistem pengapian adalah sebagai berikut:
a.
Memeriksa secara visual kelainan pada
komponen dan rangkaian sistem pengapian.
b.
Memeriksa, membersihkan dan menyetel
celah busi.
c.
Memeriksa dan membersihkan kabel
tegangan tinggi.
d.
Memeriksa, membersihkan rotor dan tutup
distributor.
e.
Memeriksa nok, centrifugal advancer dan
vacum advancer.
f.
Memeriksa koil pengapian.
g.
Memeriksa, membersihkan dan menyetel
celah platina atau menyetel sudut dwell.
2.
Sistem
Pengapian EFI
2.1
Pengertian
dan Fungsi Sistem Pengapian EFI
Pengapian
elektronik dirancang untuk mengatasi kekurangan - kekurangan dari sistem
pengapian konvensional. Kekurangan waktu pengaliran arus primer pada pengapian
diperbaiki dengan cara memberi waktu pengaliran arus kumparan primer lebih lama
(sudut dwell diperbesar) pada saat putaran semakin tinggi. Pengajuan saat
pengapian diatur secara elektronik dengan membaca putaran mesin dan beban yang
terjadi. Keausan mekanis dapat dikurangi dengan tidak adanya tekanan pegas pada
distributor
Sistem
pengapian ini memanfaatkan transistor untuk memutus dan mengalirkan arus primer
koil. Jika pada sistem pengapian konvensional pemutusan arus primer koil
dilakukan secara mekanis dengan membuka dan menutup kontak pemutus, maka pada
sistem pengapian elektronik pemutusan arus primer koil dilakukan secara
elektronis melalui suatu power transistor yang difungsikan sebagai saklar (switching
transistor).
2.2
Komponen
– Komponen dan Prinsip Kerja
2.2.1
ECU
ECU adalah sebuah singkatan untuk Electronic Control Unit atau Unit kontrol elektronikyang berfungsi untuk
melakukan optimasi kerjanya mesin kenaraan,
kadang-kadang disebut juga sebagai Unit kontrol mesin.
Sebuah mesin pengapian membutuhkan percikan api
untuk memulai pembakaran di ruang bakar. ECU mengatur waktu yang terjadinya
percikan (disebut waktu pengapian) untuk menyediakan daya yang lebih baik dan
ekonomis. Jika ECU mendeteksi ketukan, suatu kondisi yang berpotensi merusak
mesin, maka ECU akan menilai masih terlalu cepat memberikan percikan api dan
ECU akan menunda (memperlambat) waktu percikan untuk mencegah hal ini . Karena
ketukan cenderung terjadi lebih pada putaran mesin yang lebih lebih rendah, ECU
akan otomatis mengontrol transmisi penurunan ke gigi yang lebih rendah sebagai
upaya pertama untuk mengurangi ketukan.
2.2.2 Sensor-Sensor
a. Sensor Induktif pada Distibutor
Sensor CKP dan CMP pada distributor
Untuk system yang pengajuannya dengan mikrokontrol, maka sinyal putaran (CKP) harus dilengkapi dengan sensor posisi pada silinder (CMP). Sinyal ada yang di distributor dan di poros engkol.
b. Sensor Induktif pada poros engkol Sensor ini terbagi 4 yaitu :
Sensor Photodioda berfungsi sebagai sensor putaran dan TOP.
c. Sensor Knoking
Sensor ini berfungsi untuk mengetahui knoking, system
closed loop pengapian dan mendeteksi octane bahan bakar.
Prinsip kerja: Bila terjadi knoking (pinking) akan
terjadi getaran pada sensor knoking berupa nois. ECU akan memundurkan saat
pengapian 2 kali sampai tidak terjadi detonasi lagi. Untuk 4 silinder perlu 1
sensor, 5 atau 6 silinder perlu 2 sensor, 8 lebih bisa 2 atau lebih sensor.
2.3
Sistem
Kerja Pengapian EFI
Sistem
Pengapian Transistor dengan kontak pemutus / Transistorized Control
Ignition – Contact (TCI-C)
Pada
pengapian elektronik fungsi kontak pemutus diganti dengan transistor atau
dimodifikasi denganditambahkan transistor. Pada modifikasi ini kontak pemutus
hanya
mentriger/memicu
kerjanya transistor. Sistem modifikasi ini dikenal dengan Transistorized
Control Ignition– Contact (TCI-C). Arus yang bekerja pada kumparan
primer koil dilewatkan
transistor,
kontak pemutus hanya dilewati arus yang kecil untuk memicu transistor sehingga
kontak pemutus akan lebih awet dari kemungkinan terbakar dan pemutusan arus
primer dapat bekerja lebih cepat akibatnya induksi pada kumparan sekunder lebih
besar.
Namun
demikian keausan pada bagian kontak pemutus dengan cam distributor dan keausan
poros distributor tetap terjadi sehingga masih harus sering menyetel celah
kontak pemutus
Gambar Sistem pengapian TCI-C
Gambar
TCI-C saat kunci kontak ON dan kontak
pemutus menutup
Ketika
kunci kontak ON dan kontak pemutus menutup (gambar
10.12)
maka basis Tr1 berhubungan dengan ground melalui R4 sehingga:
-mengalir
arus dari + baterai > R1 > terminal 15 ECU > Colektor Tr1 > Basis Tr1 > R4 > Kontak pemutus > ground, > akibatnya Tr1 ON
-karena
TR1 ON maka mengalir arus dari Colektor Tr1 > Emitor Tr1 > Basis Tr2 > Emitor Tr2 > Ground, sehingga Tr2 juga ON
karena
TR2 ON maka mengalir tegangan dari + baterai> R1>R2 > terminal 15
kumparan > primer koil > terminal 1 > Colektor Tr2 > Emitor Tr2
> Ground, sehingga timbul medanmagnet pada koil pengapian
Selanjutnya
jika mesin berputar maka tonjolan cam akan menekan kontak pemutus mulai
membuka seperti pada gambar dibawah . Karena seketika kontak pemutus membuka
maka :
-basis Tr1 kehilangan ground akibatnya Tr1 OFF
- arus
menuju basis Tr2 hilang dan Tr2 juga OFF
- arus
pada kumparan primer koil terputus seketika dan kemagnetannya hilang seketika
akibatnya timbul induksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder koil yang
dialirkan menuju busi melalui rotor dan kabel tegangan tinggi.
Gambar
TI-C saat kunci kontak ON dan kontak
pemutus membuka
Sistem
Pengapian Transistor dengan sinyal Induktif / Transistorized Control
Ignition – Inductive (TCI-I)
Pada
sistem ini tidak menggunakan kontak pemutus, fungsi pemutusan digantikan dengan
sebuah pembangkit sinyal / pulse generator yang menghasilkan pulsa tegangan
secara magnetic. Tegangan ini akan mengontrol ON dan OFF dari
transistor yang mengendalikan Koil pengapian. Selanjutnya
pembagian tegangan tinggi menuju busi-busi diatur oleh distributor
yaitu pada bagian rotor dan kabel-kabel tegangan tinggi busi. Induksi
yang dihasilkan oleh pembangkit sinyal ini berupa tegangan bolak
balik / AC (Alternating Current). Jumlah gigi dengan jumlah
silinder mesin.Pada system ini pemajuan saat pengapian masih dengan cara
mekanis, dengan bobot sentrifugal dan vakuum advancer
Gambar Distributor dengan pembangkit sinyal induktif
Keterangan:
1. bobot
sentrifugal
2. rumah
vakum
3. poros
distributor
4. poros
dudukan
5.
stator
6.
sinyal rotor
7. rotor
pembagi arus
Frekwensi
dan amplitudo dari sinyal AC ini dipengaruhi oleh putaran mesin. ECU pada
sistem memproses tegangan AC untuk mengatur pengapian Ketika poros distributor
berputar rotor sinyal ikut berputar, saat rotor sinyal mendekati stator kutup
terjadilah perubahan kekuatan medan magnet pada inti kumparan akibatnya timbul
induksi pada
kumparan.
Jika dilihat dengan osciloscope bentuk sinyal induksinya sebagai
berikut:
Gambar Bentuk sinyal induktif
Keuntungan
dari sistem TCI-I adalah:
- tidak
menggunakan kontak pemutus
- penyetelan
saat pengapian saat pertama memasang dan dikontrol waktu servis-tidak ada
gangguan pentalan pegas
- mudah
dalam pemeriksaan
- bantalan
pada poros distributor tidak terbebani tekanan sehingga keausan terjadi pada
waktu yang lama.
Kerugian
dari sistem TCI-I adalah:
- sinyal
yang dikirim masih dalam bentuk arus bolak-balik, maka pada kontrol unit elektronik masih harus
dilengkapi dengan pembentuk sinyal segi empat /kotak
- memberi
informasi hanya pada saat pengapian saja
- pemajuan
saat pengapian masih mekanis.
Gambar
Bagian-bagian pembangkit sinyal induktif
Gambar Rangkaian sistem pengapian TCI-I
Bila
rotor sinyal berputar maka terjadi sinyal induktif yang masuk ke ECU. Sinyal
tersebut memberikan informasi agar ECU, mulai memutus atau menghubung arus
primer. Akibatnya akan terjadi tegangan induksi Pada sistem pengapian
elektronik TCI-I ECU memiliki bagian-bagian berikut:
a. Perubah
sinyal
Merubah
bentuk sinyal dari arus bolak-balik menjadi sinyal berbentuk segi empat
b. Pengatur
dwell
Mengatur
lamanya arus primermengalir sesuai dengan jumlah putaran
c. Penguat
(Amplifier)
Memperkuat
sinyal pengendali sesuai dengan kebutuhan dari rangkaian darlington
d. Rangkaian
Darlington
Menghubung
dan memutuskan arus primer
e. Stabilisator tegangan
Menstabilkan
tegangan agar kerja dari komponen elektronik tidak terpengaruh oleh
kenaikan/penurunan tegangan
Sistem
Pengapian Transistor dengan sinyal Hall / Transistorized Ignition
Control – Hall (TCI-H)
Pada
sistem fungsi pemutusan digantikan dengan sebuah pembangkit sinyal / hall
generator untuk memicu tegangan tinggi pada sistem pengapian
Prinsip
dari IC Hall adalah sbb:
Pada IC
hall terdapat empat buah terminal. Antara terminal 2 dan 1 dihubungkan
dengan sumber tegangan, antara terminal 3 dan 4 merupakan terminal tegangan hall
yang
akan dibangkitkan.
Apabila
permukaan IC Hall tidak ditembus medan magnet, maka pada penampang IC
akan terdistribusi elektron dengan merata yang mengalir dari terminal 2 menuju
terminal 1, pada saat ini antara terminal 3 dan 4 tidak terdapat beda potensial
(tidak timbul tegangan hall).
Namun
jika permukaan IC Hall ditembus medan magnet, maka elektron yang
mengalir dari terminal 2 menuju terminal 1 pada penampang IC akan terdistribusi
tidak merata,
elektron
akan terdesak mendekati terminal 3, karena terjadi perbedaan jumlah elektron
antara terminal 3 dan 4 maka terdapat beda potensial (timbul tegangan hall).
Ketika sudu sedang berada didalam celah maka medan magnet akan dialirkan keatas
dan tidak menembus IC Hall kemagnetan tidak ada, akibatnya tidak timbul
tegangan hall.
Gambar IC Hall ketika menghasilkan sinyal
Gambar
Distributor dengan hall generator
Keterangan
:
1. sudu
2. plat
penghantar magnet
3. IC
hall
4. celah
udara
Bila
rotor sinyal berputar, sudu akan meninggalkan celah, medan magnet menembus IC
hall, sehingga timbul tegangan hall. Dengan berputarnya rotor terus
menurus tegangan hall timbul dan hilang silih berganti. Dengan sebuah
pengolah sinyal (inverter/pembalik) maka saat ada tegangan hall tegangan
sinyal tidak timbul, sebaliknya saat tidak ada tegangan hall timbullah
tegangan sinyal yang masuk ke ECU untuk memutus atau menghubung arus
primer
pada koil.
Gambar Hubungan kemagnetan dalam sudu dengan tegangan
hall dan tegangan sinyal
Rangkaian
lengkap TCI-H seperti terlihat pada gambar 6.19 berikut :
Gambar
Bagian sistem pengapian TCI-H
Pada
sistem pengapian TCI-H ECU memiliki bagian-bagian berikut:
Gambar Bagian ECU sistem pengapian TCI-H
Stabilisator
A:
Berfungsi
untuk menstabilkan tegangan yang masuk ke ECU dan
tegangan
yang masuk ke Pick uptetap stabil. Secara prinsip kontrol unit hall sama
dengan kontrol unit induktif, tetapi pada kontrol unit hall lebih
sederhana sehingga ada bagian lain
yang
tidak diperlukan seperti pembentuk sinyal dan pengatur dwell, sedang bagian
utama masih tetap seperti penguat dan darlington.
Pada
pengapian elektronik TCI-I dan TCI-H, ECU memiliki fungsi - fungsi tambahan :
-
egulasi sudut dwel minimum dan maksimum,
pada putaran rendah agar koil tidak panas (arus primer diregulasi mengalir
tidak terlalu lama), sebaliknya pada putaran mesin tinggi agar daya percikan
besi tetap tinggisehingga pembakaran sempurna (18% s/d 80%).
-
pembatas arus primer, sehingga arus
primer maksimal selalu tetap (8A).
-
pemutus arus, atas dasar jumlah pulsa
yang dikirim pengirim sinyal, apabila kurang dari 10 pulsa/menit maka pemutus
arus akan memberi informasi kepada penguat sehingga darlington akan memutus
arus primer.
-
Pembatas putaran maksimal, pada saat
motor berputar sudah mencapai maksimum (6200 rpm) maka pembatas putaran
memberitahu kepada penguat supaya darlington tidak memutus arus primer lagi
sehingga tidak terjadi induksi tegangan tinggi pada koil.
Sistem
Pengapian Komputer
Ada dua
macam sistem pengapian komputer, yaitu:
-
Sistem pengapian komputer dengan
distributor
-
sistem pengapian komputer tanpa
distributor / DLI (Distributorless Ignition System).
Pada
pengapian komputer, pemajuan saat pengapian dengan sensor rpm untuk penyesuaian
terharap putaran mesin dan dengan MAP sensor untuk menyesuaikan terhadap beban
kendaraan.
Pengoptimalan
derajat pengapian sudah dilakukan secara presisi dengan elektronis/pemrograman
sehingga lebih optimal dan memperoleh banyak keuntungan. Secara prinsip kedua
sistem sama, distributor hanya berfungsi sebagai pembagi tegangan tinggi saja.
Putaran
mesin dan posisi poros engkol dimonitor secara langsung dengan roda gigi,
menggunakan dua sensor yang terpisah atau dengan satu buah sensor pada roda
gigi yang salah satu giginya dibuang sebagai referensi untuk membedakan dengan
posisi gigi-gigi lainnya.
Ketika
kedua sinyal muncul bersamaan digunakan untuk menentukan top silinder.
Selanjutnya sinyal gigi-gigi yang banyak juga digunakan sebagai sensor putaran
mesin
Gambar Sistem pengapian komputer dengan distributor
Keterangan
:
1. koil
dengan igniter
2.
distributor tegangan tinggi
3. busi
4. ECU
5.
sensor temperatur
.
Gambar Sistem pengapian komputer tanpa distributor
(DLI)
Keterangan
:
1. busi
2. koil
individual
3.
throtle position sensor (TPS)
4. ECU
5.
sensor temperatur
6. knok
sensor
7. sensor
rpm dan sensor top silinder 1
8.
gigi-gigi untuk sensor
9.
baterai
10.
kunci kontak
Gambar
Dua buah sensor induktif
Keterangan
:
1.
Sensor CKP
2.
Sensor CMP
3.
Magnet Permanen
4. Inti
Besi Lunak
5.
Kumparan
6. Rumah
Poros Engkol
7.
Tonjolan segmen
8. Roda
gigi
Sistem
yang menggunakan dua buah sensor induktif bentuk sinyalnya sebagai berikut:
Gambar
Sinyal dua buah sensor induktif
Adapun
sistem yang menggunakan satu buah sensor sebagai berikut:
Gambar
Sensor induktif dengan gigi referensi
Keterangan
:
1.
magnet permanen
2. bodi
sensor
3. inti
besi sensor
4.
kumparan
5. roda
gigi dengan dibuang satu gigi sebagai referensi
Bentuk
sinyal dari sistem yang menggunakan satu buah sensor induktif bentuknya sebagai
berikut:
Gambar
Sinyal induktis dengan satu sensor
Penentuan
top silindernya dengan referensi setelah sinyal yang panjang adalah posisi top
silinder 1. Setelah diketahui top silinder 1 selanjutnya dengan menghitung
jumlah gigi akan dapat digunakan untuk menentukan pengapian silinder lainnya
sesuai urutan pengapian / firing order (FO).
Ada
pula pengirim sinyal induktif yang dipasangkan pada roda gaya / fly-wheel.
Gambar Pembangkit sinyal induktif pada roda gaya
Keterangan
:
A =
segmen
1 =
rumah sinyal
2 =
magnet
3 =
kumparan
Bentuk
sinyal dari pembangkit sinyal pada roda gaya sebagai berikut:
Gambar
Bentuk sinyal induktif pada roda gaya
Keterangan
:
t1 =
sinyal segment 1
t2 =
sinyal segment 2
d = satu
putaran poros engkol
Sinyal
induktif dari roda gigi diatas biasanya juga digunakan sebagai sinyal putaran
mesin. Apabila putaran mesin meningkat maka frekwensi dari sinyal ini akan
dibaca oleh ECU dan dengan logika yang diprogramkan pengapian akan dimajukan.
Beban mesin dibaca dari sensor MAP juga diperhitungkan untuk menentukan saat
pengapian yang tepat.
MAP
sensor terbuat dari Piezo Resistive, berfungsi untuk mengetahui
tekanan udara masuk yang akan menerjemahkan beban kendaraan.
Gambar Lokasi MAP sensor
Gambar
Bagian-bagian MAP sensor
Keterangan:
1,3 =
Konektor 5 = Gelas Isolator
2 =
Vacum referensi 6 = Rumah Vacum
4 =
Silicon Chip Ukur 7 = Input Vacum
Letak
pada kendaraan di saluran udara masuk, salurannya setelah katup gas. Piezo
Resistive adalah bahan yang nilai tahanannya tergantung dari perubahan
bentuknya. Piezo resistive dibuat berbentuk diafragma/membran silicon chip
antara ruangan referensi (kevakuman = 0,2 bar) dan ruangan yang berhubung
dengan intake manifold.
Perbedaan
tekanan antara ruang referensi dengan intake manifold berakibat perubahan
lengkungan pada membran silicon chip. Pengolah sinyal merubah menjadi
tegangan sinyal. Tegangan paling tinggi MAP sensor terjadi ketika tekanan
intake manifold paling tinggi yaitu saat kunci kontak ”ON” mesin ”MATI”, atau
saat katup gas diinjak tiba-tiba/akselerasi. Sebaliknya tegangan paling rendah
terjadi saat deselerasi/perlambatan yaitu ketika katup gas menutup tetapi
putaran engine tinggi.
Gambar Kerja MAP sensor
MAP
sensor memiliki 3 buah konektor. Sumber tegangan 5 volt memerlukan dua konektor
dan satu terminal sebagai tegangan sinyal menuju inputan ECU. Data tegangan
kerja MAP sensor berkisar antara 0,2 volt sampai dengan 4,5 volt.
Gambar
hubungan MAP sensor dengan ECU
Metode
kontrol yang dapat digunakan untuk membuat hubungan antara sensor Rpm dan
sensor MAP (Manifold Absolute Pressure) kaitannya dengan penentuan saat
pengapian yang tepat salah satunya dengan menggunakan metode look up
table.
Gambar
Look up table hubungan putaran,
beban mesin dan saat pengapian
Gambar
Pemetaan sudut pengapian ditentukan dengan sensor putaran, beban mesin
Dengan
sebuah perangkat lunak dapat digunakan untuk membentuk tabel ini. Tabel yang
dibentuk dengan aturan sesuai logika pemrogram, dengan perangkat itu pula dapat
ditunjukkan pemetakan hubungan dari sensor Rpm, sensor MAP dan saat
pengapian yang akan terjadi secara tiga dimensi.
Data
yang berada ditabel digunakan untuk kondisi kerja normal, untuk kondisi-kondisi
kerja tertentu akan digunakan aturan tambahan guna mengoreksi saat pengapian
yang tepat selama mesin beroperasi, diantaranya : Kondisi start, kondisi
temperatur engine dingin, kondisi temperatur engine panas dan
ketika ada detonasi. Aturan-aturan tambahan tersebut
Aturan-aturan
tambahan tersebut misalnya:
1.
Kondisi start
Pada
kondisi ini putaran engine rendah ±300 rpm, maka temperatur hasil
kompresi masih rendah. Untuk mengatasi hal tersebut maka saat
pengapian dibuat pada Titik Mati Atas (0PE), Tujuan dari
penentuan saat pengapian tersebut adalah supaya temperatur akhir
kompresi tinggi, putaran lebih ringan dan tidak timbul detonasi.
2. Kondisi
temperatur mesin dingin (t 300C) :
Pada
kondisi temperatur mesin yang masih dingin pembakaran campuran bahan bakar dan
udara memerlukan waktu lebih lama. Pada kondisi ini bahan bakar dikondisikan
lebih banyak karena untuk mengimbangi terjadinya pengembunan kembali bahan
bakar yang sudah dikabutkan dan agar campuran yang terbentuk dalam keadaan
mudah terbakar. Saat ini pengapian dimajukan ±5PE sebelum TMA dari kondisi
normal (tabel dasar).
3.
Kondisi temperatur engine panas (t 90oC)
Pada
kondisi ini waktu pemkaran relatif lebih pendek dari kondisi normal, karena
temperatur sudah panas, maka pengapian dimundurkan ±5PE sebelum TMA dari
kondisi normal (tabel dasar).
4.
Kondisi saat terjadi knocking/ detonasi
Ketika
terjadi detonasi saat sensor kockingakan memberi informasi menuju ECU
dan saat pengapian akan dimundurkan beberapa derajat sampai tidak terdapat
detonasi lagi dan dijeda sebelum kembali ke saat pengapian yang semestinya.
Penjelasan
diatas menunjukkan bahwa pada sistem pengapian komputer telah dilengkapi dengan
beberapa sensor lain (sensor start dan sensor temperatur dan sensor knocking/
detonasi).
Sensor
start memanfaatkan sinyal dari kunci kontak yang dimasukkan kedalam ECU. Besar
tegangan yang dimasukkan ke ECU dirubah menjadi 5 volt oleh sebuahrangkaian
optokopler
Sensor
temperature mengunakan bahan thermistor, merupakan bahan solid-state
variable resistor terbuat dari semiconductor. NTC (Negative
Temperature Coefficient). Sensor ini nilai tahanannya akan berkurang
bila temperatur naik (nilai tahanan berbanding terbalik terhadap temperatur).
Pada
temperatur 0ºC NTC mempunyai tahanan 5 KΩ, dan pada temperatur 80ºC tahanan 250
Ω. Bila dilihat dari grafik spesifikasi NTC akan terlihat seperti gambar
dibawah ini :
Gambar
Hubungan temperatur dengan tahanan pada
NTC
ECT
terletak pada blok engine dekat dengan selang menuju radiator,
sensor ini membaca temperatur air pendingin pada engine.
Gambar Letak
ECT pada engine
Gambar
Engine Coolant Temperature
Gambar
hubungan ECT dengan ECU
Sensor
knocking terbuat dari bahan Piezoceramic, terletak sensor knocking
pada blok engine. Sensor ini berfungsi untuk mendeteksi terjadinya
detonasi pada engine dan informasi ini dimanfaatkan untuk merubah saat
pengapian.
Gambar Sensor
knocking
Keterangan
1 = Piezoceramic
element
2 = Seismic mass
3 = Rumah sensor
4 = Baut
pengencang
5 = Permukaan
kontak
6 = Konektor
7 = Blok
Silinder
V = Getaran
Gambar
Sinyal knocking
Ditinjau
dari penyalaan busi oleh ignition coil pada silinder sistem pengapian
komputer DLI (Distributorless Ignition system) dapat dibedakan menjadi
sistem pengapian dengan koil individual dan sistem pengapian dengan koil group
Gambar Sistem
pengapian individual
Gambar Sistem
pengapian group
Pada
pengapian komputer tanpa distributor terdapat berbagai macam model pengapian.
Pengapian individual dilengkapi dengan satu buah koil untuk masingmasing
silinder, urutan penyalaannya sesuai urutan pengapian / firing order
(FO) 1-5-3-6-2-4. Pengapian group dilengkapi dengan satu buah koil untuk dua
buah silinder, urutan penyalaannya tidak sesuai urutan pengapian / firing
order (FO) 1-5-3-6-2-4, tetapi setiap piston TMA selalu dilakukan
pengapian baik akhir langkah kompresi maupun langkah buang.
2.4
Kerusakan
dan Perbaikan Sistem Pengapian EFI
Berbagai
permasalahan dapat ditemukan dalam sistem pengapian, oleh karena itu
penyelesaian masalah perlu dilakukan
dengan prosedur dan keselamatan kerja yang memadai.
Pemeriksaan
dapat dilakukan mulai dari pemeriksaan sumber tegangan pada sistem apakah sudah
memenuhi sarat untuk bekerjanya sistem. Sumber tegangan yang terlalu redah pada
sistem menyebabkan induksi tegangan tinggi pada koil tidak mampu memercikkan
api pada busi.
Apabila
sumber tegangan telah memenuhi sarat untuk bekerjanya sistem (11 sampai 13
Volt), maka pemeriksaan pada sensor perlu dilakukukan terlebih dahulu,
mengingat dari sensorlah informasi yang akan diolah oleh ECU.
1. Pemeriksaan
secara visual
Gambar
Pemeriksaan celah udara
Periksa
jarak celah udara antara rotor sinyal dan stator secara visual atau dengan
fuler (lihat spesifikasi). Celah udara harus merata pada setiap putaran.
-
Periksa jarak celah udara antara rotor
sinyal dan stator secara visual atau dengan fuler (lihat spesifikasi). Celah
udara harus merata pada setiap putaran.
-
Periksa kekuatan magnit dengan cara
memutar poros distributor dengan tangan, ketika rotor mendekati dan menjauhi
stator terasa ada tahanan magnet.
2. Pemeriksaan
dengan Ohm-meter
Sensor induktif dapat diperiksa
dengan cara melakukan pengukuran tahanan antara kedua terminal kumparannya
menggunakan Ohm meter, tahanan sekitar 500 1200 (lihat spesifikasi).
Gambar
Pemeriksaan dengan ohm meter
Dapat
juga dengan mengukur tegangan induksi antara kedua terminal kumparannya
menggunakan Volt meter pada skala ukur terendah, kemudian putarkan poros
sehingga rotor mendekati dan menjauhi stator, pada saat itu jarum avo meter
bergoyang apabila kumparan baik.
3.Memeriksa
pengirim sinyal hall
Pemeriksaan
sensor hall dengan memberi tegangan pada kabel merah +12 volt dan kabel hitam
ground, sementara pada kabel hijau diukur dengan volt meter, pada saat sudu
didalam celah udara maka semestinya terukur tegangan sinyal, sebaliknya saat
sudu tidak berada dalam celah udara tegangan hilang.
kabel
merah = 8h = +
kabel
hijau = 7 = 0
Kabel
hitam = 31d = -
Gambar
Pemeriksaan sensor hall
4.Menguji/
memeriksa Koil
Koil
sistem pengapian pada dasarnya dapat dibedakan dalam 2 kelompok:
-
Koil terpisah dengan igniter
-
Koil dan igniter terangkai jadi
satu
Untuk
koil terpisah dengan igniter kebanyakan buku manual menunjukkan
cara pengukuran tahanan kumparan primer dan sekundernya dengan
ohm meter. Namun pengukuran tahanan tidak menjamin koil dapat
bekerja memercikkan bunga api dengan kuat. Sering terjadi
kerusakan koil terjadi karena kebocoran loncatan induksi di dalam
bodi koil itu sendiri.
Gambar
Pemeriksaan koil ganda tanpa igniter
Pada
koil tanpa igniter pengetesan dengan merangkaikan sebuah igniter seperti pada
gambar diatas, kemudian pada basis igniter diberikan sinyal pemicu dengan
frekwensi 10 Hz sampai 100 Hz agar igniter menghubung dan memutuskan terminal 1
koil ke ground.
Koil
yang baik akan menghasilkan induksi pada kabel yang dipasang pada terminal
tegangan tinggi dengan celah lebih besar dari 1 cm.
Gambar
Pemeriksaan koil dengan igniter
Pada
koil dengan igniter pengetesan dengan sinyal pemicu berfrekwensi 10 Hz sampai
100 Hz pada basis igniter sehingga igniter menghubung dan memutuskan terminal
koil ke ground.
Koil
yang baik akan menghasilkan induksi pada kabel yang dipasang pada terminal
tegangan tinggi dengan celah lebih besar dari 1 cm.
5.Memeriksa
ECU system TCI-I dan TCI-H
Sebelum
melakukan pengujian pada ECU perhatikan keselamatan kerja, jauhkan dari bahan
yang mudah terbakar dan hati-hati dengan induksi tegangan tinggi. Pengujian ECU
dapat dilakukan dengan dirangkai pada sistem lengkap kecuali konektor sensor
yang dilepas.
Tegangan
baterai harus cukup (11 volt sampai 13 volt), tegangan ini harus ada pada ECU
dan sebelumnya koil harus dalam keadaan baik. Pengujian ECU dengan cara
memberikan
simulasi sinyal yang sesuai pada terminal sinyal menuju ECU tersebut. Pada ECU
pengapian TCI-I terminal sinyal berada antara terminal 3 dan 7, terminal ini
yang berhubungan dengan sensor induktif. Antara terminal 3 dan 7 menuju ECU
dipasang baterai 1,5 volt dan dilengkapi dengan sebuah saklar sesuai gambar
10.41 Pada saat saklar di ON dan OFF kan berulang, semestinya pada koil timbul
induksi tegangan tinggi, apabila tidak berarti ECU rusak.
Gambar
Pemeriksaan ECU TCI-I
Pada
ECU pengapian TCI-H, ECU semestinya mengeluarkan tegangan menuju sensor (IC
hall) melalui terminal 6 sebagai terminal + sensor dan terminal 3 sebagai
terminal – sensor, sehingga pemeriksaan tegangan keluaran dari ECU dapat
dilakukan dengan Volt meter digital (Gambar 10.42). Besar tegangan terukur
sekitar 8 volt sampai 10 volt, cocokkanlah dengan spesifikasi buku manual.
Apabila tegangan keluar ada harus dilakukan pengetesan lanjut.
ECU
pengapian TCI-H akan bekerja menghubung dan memutus arus primer koil jika kaki
5 sebagai terminal masukan sinyal dari sensor saat mendapat tegangan dari
sinyal dan hilang. Pengujian dengan memasangkan kabel pada terminal 5 ECU dan
dihubung putuskan terhadap ground (Gambar 10.43). ECU yang bagus akan memicu
koil meloncatkan bunga api.
Gambar
Pengukuran tegangan sumber sensor hall
Gambar
Pengetesan fungsi ECU TCI-H
6.Memeriksa
sistem pengapian komputer
Permasalahan
pada sistem pengapian komputer dapat diperiksa dengan pertama-tama memeriksa
fungsi dari sensor-sensor. Sensor untuk menentukan saat pengapian dan sensor
putaran umumnya sama dengan sistem pengapian elektronik, dengan sensor induktif
ataupun sensor dengn IC hall, pemeriksaannya sensor induktif ataupun
sensor dengan IC hall sama dengan pengirim sinyal induktif dan hall yang
telah dijelaskan sebelumnya.
Sensor
beban kendaraan dengan sensor MAP harus diyakinkan dulu bahwa sumber
tegangan
5 volt telah tersedia menuju sensor MAP pada kabel dari ECU saat kunci kontak
“ON”, selanjutnya ground juga harus tersedia dari kabel yang lain.
Gambar
Pengetesan tegangan dari ECU
Hasil
pengukuran akan yang normal akan ditemukan dua kabel bertegangan 5 volt dan
satu kabel ground. Dua kabel bertegangan 5 volt tersebut salah satunya sebagai
sumber 5 volt dan yang satu kabel sinyal menuju ECU. Untuk membedakan kabel
sumber dan kabel sinyal dapat dengan menambahkan resistor 1 kilo Ohm pada kabel
tester dan kembali mengukur tegangan kedua kabel tersebut. Kabel yang tetap
bertegangan 5 volt adalah kabel sumber tegangan dan kabel yang nilai terukurnya
berkurang adalah kabel sinyal.
Untuk
memeriksa sensor MAP secara terpisah dapat dengan memberikan sumber tegangan ±
5 volt antara terminal yang sesuai pada sensor MAP. Kesalahan memberi sumber
tegangan dapat merusakkan sensor MAP.
Pada
terminal sinyal diukur tegangannya menggunakan volt meter dan pada saluran
vakum dipasangkan pompa vakum untuk mensimulasikan kevakuman intake manifold.
Gambar
Pengetesan sensor MAP
Keterangan:
1.
sensor MAP
2.
sumber 4,5 Volt
3. Pompa
vacuum
4. volt
meter
Tabel Spesifikasi data sensor MAP
KETINGGIAN
( REFERENSI)
|
BAROMETRIC
PRESSURE
|
OUTPUT
|
||
(ft)
|
(m)
|
(mHg)
|
(kPa)
|
volt
|
0 -
2000
|
0 - 610
|
760 -
707
|
100 -
94
|
3,3 -
4,3
|
2001 -
5000
|
611 -
1524
|
<707
- >634
|
94 -
85
|
3,0 -
4,1
|
5001 -
8000
|
1525 -
2438
|
<643
- >567
|
85 -
76
|
2,7 -
3,7
|
8001 -
10000
|
2439 -
3048
|
<567
- >526
|
76 -
70
|
2,5 -
3,3
|
Tekanan
disimulatorkan dengan tekanan yang sesuai dengan tabel spesifikasi kemudian
tegangan ukur dibandingkan dengan spek yang ada pada tabel. Apabila tegangan
pengukuran tidak sesuai dengan tabel, sensor MAP harus diganti.
Pemeriksaan
sensor temperatur NTC terlebih dahulu dengan memeriksa apakah pada kabel dari
ECU terdapat sumber tegangan 5 volt saat kunci kontak “ON” dan salah satu
kabelnya adalah ground
.
Gambar
Pengetesan kabel ECT
Pada
sensor, lakukan pengukuran nilai tahanan dari kedua terminalnya dan bandingkan
dengan spesifikasi atau grafik hubungan temperatur dengan tahanan pada NTC yang
telah diberikan seblumnya. Jika perlu rebuh sensor dan ukur temperatur air dan
nilai tahanan sensor.
Gambar Pengetesan ECT
Pemeriksaan
sensor knock dengan mengukur tegangan antara terminal sensor
dengan ground/bodi sensor dan memberi pukulan padanya. Apabila
terukur ada pulsa/muncul tegagan berarti knock sensor bekerja.
Pemeriksaan
pada ECU pertama-tama dengan meyakinkan adanya sumber tegangan
dengan (AVO digital dan hindari penggunaan AVO analog) yang masuk
pada terminal yang sesuai, selanjutnya diperiksa apakah terdapat
tegangan keluar dari salah satu pin ECU sebesar 5 volt untuk
sumber tegangan sensor-sensor. Apabila keduanya ada periksa
pin-pin data dari sensor setelah dirangkai apakah terbaca
data-data sesuai yang ada di sensor.
Apabila
semua ada starter kendaraan dan periksa apakah sinyal menuju koil
keluar dari pin ECU menggunakan lampu test LED. Jika sinyal
menuju koil tidak ada sementara sinyal-sinyal sensor ada dan sesuai
spesifikasi berarti ECUrusak.
Adapun gangguan lain yang ditemukan adalah
A.
Spark Plug
atau Busi
Kerusakan Pada Busi
Gejala kerusakan pada Kabel Busi
- Mesin pincang/bergetar waktu idle, misfire.
- Egine tersendat waktu accelerasi..
- Engine Loss Power ( Kehilangan tenaga )
Tanda-tanda kerusakan :
1. Isolator berwarna kuning sampai coklat muda,
dan puncak isolator bersih.
Permukaan rumah isolator
kotor berwarna coklat muda sampai keabu-abuan. Ini menandakan pemilihan busi telah tepat dan
campuran udara bahan bakar juga telah tepat. Dan komponen mesin tidak terjadi
masalah.
2. Elektroda seperti terbakar.
pada permukaan isolator
menempel partikel – partikel yang mengkilat. Isolator berwarna putih dan
kuning, ini menandakan busi terlalu panas yang di akibatkan karena :
• Campuran bahan bakar
dan udara (AFR) terlalu kurus/miskin
• Kwalitas bahan bakar
rendah
• Saat pengapian terlalu awal
• Jenis Busi terlalu
panas
3.
Isolator
berjelaga dan berwarna hitam.
Ini di akibatkan karena
Campuran bahan bakar dan udara (AFR) terlalu boros/kaya dan jenis Busi terlalu
dingin.
4. Isolator dan elektroda sangat kotor.
terlihat basah dan
berwarna coklat muda. Kotoran ini berasal dari oli mesin yang masuk ke ruang bakar
karena sil klep aus atau ring piston aus.
5. Isolator retak dapat mengakibatkan meloncatnya api busi dari isolator yang retak, sehingga bunga api busi tidak fokus. Segera ganti dengan busi baru.
6. Warna isolator sama dengan kejadian busi no.1 tetapi keausan elektroda sudah mulai terlihat seperti mengecilnya ujung elektroda. Ini merupakan keausan biasa pada busi yang terlalu lama tidak di ganti.
3.
Penyebab
kerusakan pada Busi
Penyebab Kerusakan
1. Celah elektroda busi terlalu jauh/besar
berakibat:
- Kebutuhan tegangan untuk meloncatkan bunga api
lebih tinggi. Jika sistem pengapian tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut,
motor mulai tersendat – sendat pada beban penuh.
- Bagian isolator akan cepat rusak, karena
terbebani tegangan pengapian yang sangat tinggi.
- Motor sulit untuk di hidupkan
2. Celah elektroda busi
terlalu dekat/kecil berakibat:
* Bunga api lemah
* Elektroda Busi cepat
kotor (khusus motor 2 tak)
Cara mengatasistelUjung elektroda terbuat dari nikel
dan center electrode dari platinum, jadi pengaruh panas ke metal platinum lebih
kecil. Diameter center electrode 0,6 mm – 0,8 mm.
B. COIL
kerusakan pada koil
antara lain adalah :
• mesin mati dan susah atau
tidak bisa dihidupkan lagi
• pada rpm tinggi, mesin
sedikit tersendat
• tenaga yang dihasilkan
mesin menurun
• kerja mesin yang
berubah kasar
• koil terasa panas
Penyebab kerusakan pada
Pick-Up Coil
- Penyalaan pada busi
tidak sempurna, karena perintah pembakaran error.
- Fuel Injector gagal operasi
(perintah dari ECU error)
- Mesin kasar/bergetar
pada waktu idle.
- Mesin tersendat pada
waktu accellerasi.
Cara sederhana untuk mengatasinya adalah :
• pertama, cobalah periksa koil, jika panas koil
terasa berlebihan, ambil kompres dan\gunakan untuk mendinginkan koil
• bila mesin masih belum bisa dihidupkan,
cobalah periksa kabel busi yang berada di distributor, dekatkan dengan body
(jauhkan dari kabel bahan bakar), dan starter mobil, jika tidak terjadi
loncatan listrik, maka bisa dipastikan koil sudah rusak/mati dan harus diganti
dengan koil yang baru
• Koil yang mengalami panas berlebihan adalah
utama rusaknya koil pada mobil.
C. ECM Electronic Control
Modul
Kerusakan Pada ECM Electronic Control Modul
Pada waktu mesin hidup
atau saat kunci kontak pada posisi On saja, maka ECU akan mengontrol setiap
sensor dan aktuatornya dengan cara membandingkan kedaan tegangan sensor-sensor
dengan data software yang sudah ”ditanamkan” dalam ECU. Jika terdapat kesalahan
pada input maupun outputnya, maka ECU akan memberitahukan pada pengemudi dengan
cara menyalakan lampu kontrol ”check engine” atau MIL (Malfunction Indicator
Lamp), lalu pengemudi segera paham bahwa
telah terjadi sesuatu yang tidak beres pada sistem manajemen mesin dan
seharusnya segera dilakukan perbaikan pada kendaraan.
Teknisi segera
mendiagnosa kerusakan apakah yang sedang terjadi pada mesin itu dengan cara
memasangkan sebuah scanner melalui konetor khusus hubungan scanner (scan tool)
dengan ECU Melalui komunikasi scan tool dan ECU, teknisi tahu kode kesalahan
ECU apa yang telah terbaca oleh scan tool dan teknisi terlatih segara melakukan
perbaikan kesalahan yang terjadi pada mesin itu.
ECU tidak dapat
mendiagnosa sendiri kesalahan yang terjadi, ECU tidak akan memberikan informasi
pada teknisi melalui scan tool; Apakah kesalahan itu akibat kerusakan
komponen/spare part sensor atau aktuatornya, ECU juga tidak tahu apakah
kerusakan itu akibat dari rangkaian kabel antara ECU dan sensor/aktuatornya,
ECU juga tidak bisa mendiagnosa apakah kerusakan terjadi di dalam ECU itu
sendiri.
Yang hanya dapat
diinformasikan oleh ECU melalu scantool adalah; TELAH TERJADI KERUSAKAN PADA
SISTEM MANAJEMEN MESIN melalui DTC (kode kesalahan yang dikeluarkan ECU melalui
scantool). Jadi jelaslah bahwa jika terdapat kode kesalahan (DTC) maka tugas
teknisi selanjutnya adalah mendiagnosa hal-hal sebagai berikut:
1. Apakah kerusakan akibat dari kesalahan
komponen sensor atau aktuarornya
2. Apakah kerusakan terjadi karena rangkain kabel sensor atau aktuator.
3. Atau kerusakan karena ECU itu sendiri.
2. Apakah kerusakan terjadi karena rangkain kabel sensor atau aktuator.
3. Atau kerusakan karena ECU itu sendiri.
Oleh karena itu teknisi
yang terlatih akan faham bahwa untuk melakukan perbaikan kerusakan sistem
manajemen mesin mereka harus memiliki beberapa keahlian sebagai berikut:
1.
Memahami
fungsi dan cara kerja sensor dan aktuator
2.
Mengerti
Live Data atau Freeze Frame Data yang dikeluarkan ECU melalui scantool
3.
Memahami
rangkaian kabel dari sensor dan aktuator
4.
Dapat membaca dan memahami berbagai kombinasi
cirkuit diagram manajemen mesin.
5.
Bisa menggunakan
Automotive Digital Multimeter untuk memeriksa kerja sensor dan aktuator
6.
Sangat
membantu jika teknisi dapat membaca menginterpretasikan osiloskop dari sensor
dan aktuator.
7.
Kadang-kadang
pada tipe kendaraan tertentu diperlukan Flash Programming/singkronisasi jika
terjadi penggantian komponen atau sensor
8.
Memahami aturan keselamatan kerja, jika
bekerja pada sistem manajemen mesin.
gejala kerusakan pada Ignition Control Modul
- Rpm tinggi misfire
- Engine start normal,kemudian dimatikan,susah hidup waktu distar kembali..kemudian setelah dingin baru bisa start normal..
- Engine ga bisa start (hidup) sama sekali..
- Rpm tinggi misfire
- Engine start normal,kemudian dimatikan,susah hidup waktu distar kembali..kemudian setelah dingin baru bisa start normal..
- Engine ga bisa start (hidup) sama sekali..
D. Kerusakan Knock Sensor atau sensor knocking
Disamping itu, mesin
dengan sistem injeksi sudah dilengkapi dengan “knock sensor” atau sensor gejala
menembak. Bila terjadi gejala menembak, komputer akan mengatur waktu pengapian
secara otomatis. Komputer mengubah jadwal busi memicu api lebih cepat atau
memajukannya. Kalau tidak ada gejala menembak, komputer akan mengembalikannnya
ke kondisi semula. Merusak Mesin -Gejala menembak atau auto-igniton sangat
berbahaya bagi kesehatan mesin. Selain kemampuannya menghasilkan tenaga tidak
maksimal, kemungkinan organ utama mesin mengalami kerusakan dini lebih besar.
Kalau sudah begini, tentu saja daya tahan atau umur pakainya jadi pendek.
Bahkan, kalau pun harus harus diperbaiki dan beberapa komponen ditransplantasi,
biaya perawatannya justru membengkak. Kemungkinan lain mogok.
Organ utama mesin yang
sering kena sasaran tembak “auto ignition” adalah piston (puncaknya berlubang)
atau setangnya (bengkok). Karena getaran yang ditimbulkan besar, kerusakan lain
yang bisa terjadi adalah keausan pada dinding piston dan silinder.
Bensin di dalam mesin mengalami “auto ignition” karena terbakar pada suhu lebih rendah. Saat piston memampatkan udara dan bahan bakar (bergerak menuju titik mati atas atau TMA) di dalam mesin, mengakibatkan suhu udara naik dan tinggi. Suhu tinggi itulah yang menyebabkan bensin terbakar. Kalau bahan bakar mudah terbakar pada suhu lebih rendah, dengan sendiri akan terbakar tanpa harus disulut oleh busi. Pembakaran seperti itu menimbulkan ledakan kuat dan tidak bisa dikontrol. Kondisi itulah yang merusak piston.
Di samping itu, karena ledakan terjadi sangat kuat, sebelum piston mencapai TMA sudah harus dipaksa kembali ke bawah atau titik mati bawah (TMA). Akibatnya, kerja mesin jadi tidak mulus atau “mbrebet”. Lebih parah lagi, setelah bensin terbakar dengan sendirinya, busi juga membakar bahan bakar di sekitarnya. Timbul lagi ledakan! Keduanya saling bertabrakan. Daya rusaknya pun makin besar.
Bensin di dalam mesin mengalami “auto ignition” karena terbakar pada suhu lebih rendah. Saat piston memampatkan udara dan bahan bakar (bergerak menuju titik mati atas atau TMA) di dalam mesin, mengakibatkan suhu udara naik dan tinggi. Suhu tinggi itulah yang menyebabkan bensin terbakar. Kalau bahan bakar mudah terbakar pada suhu lebih rendah, dengan sendiri akan terbakar tanpa harus disulut oleh busi. Pembakaran seperti itu menimbulkan ledakan kuat dan tidak bisa dikontrol. Kondisi itulah yang merusak piston.
Di samping itu, karena ledakan terjadi sangat kuat, sebelum piston mencapai TMA sudah harus dipaksa kembali ke bawah atau titik mati bawah (TMA). Akibatnya, kerja mesin jadi tidak mulus atau “mbrebet”. Lebih parah lagi, setelah bensin terbakar dengan sendirinya, busi juga membakar bahan bakar di sekitarnya. Timbul lagi ledakan! Keduanya saling bertabrakan. Daya rusaknya pun makin besar.
Mesin Lama - Peluang
terjadinya gejala menembak juga sangat besar pada mesin lama. Terutama bila
ruang bakar sudah dipenuhi kerak atau arang. Kerak yang menumpuk di puncak
piston dan kepala silinder, menyebabkan kompresi menjadi tinggi. Di samping
itu, saat suhu tinggi, arang tersebut juga akan membara dan merupaka pemicu
tambahan terjadi gejala menembak atau detonasi. Kerak menumpuk di ruang bakar karena
proses pembakaran berlangsung tidak sempurna. Di samping itu, bisa pula karena
komponen mesin, seperti ring piston atau piston, sil katup aus. Akibatnya, oli
masuk ke mesin dan lama-lama membentuk kerak. Kemungkinan lain, campuran
terlalu kaya, busi kotor dan tidak memercikan api dengan optimal.
Penyebab kerusakan pada
Knock sensor- Lampu cek engine nyala
- Jika Knock Sensor tidak bekerja dengan sempurna,terdengar bunyi ketukan halus pada engine.
- Jika Knock Sensor tidak bekerja dengan sempurna,terdengar bunyi ketukan halus pada engine.
- Mesin sering kali goyang atau bergetar pada
waktu start.
- Gas
buang di ujung knalpot bau menyengat akibat detonasi pada ruang bakar ( tidak
seperti normalnya)
- Pemakaian bbm jadi lebih boros karena terlalu
banyak fuel yg dibakar.
- Problem pada waktu accelerasi pada waktu penembahan kecepatan.
- Problem pada waktu accelerasi pada waktu penembahan kecepatan.
Cara mengatsinya Sebagai informasi, semakin
tinggi suatu tempat, kebutuhan terhadap oktan justru turun. Setiap perubahan
ketinggian 300 meter, kebutuhan nilai oktan turun satu poin.
Bensin berkualitas di Amerika Serikat sekarang ini tidak hanya ditentukan berdasarkan pada nilai oktan. Unsur lainnya adalah kandungan deterjen. Bila kandungan deterjen melebihi takaran minimal yang telah ditentukan EPA (Environmental Protection Agency), bensin itu disebut Top Tier. (Kompas)
Bensin berkualitas di Amerika Serikat sekarang ini tidak hanya ditentukan berdasarkan pada nilai oktan. Unsur lainnya adalah kandungan deterjen. Bila kandungan deterjen melebihi takaran minimal yang telah ditentukan EPA (Environmental Protection Agency), bensin itu disebut Top Tier. (Kompas)
E. Kerusakan CKP Crankshaft Position Sensor
1. Gejala kerusakan sensor CKP
Bila sensor CKP rusak, maka gejala yang paling
jelas adalah mobil tidak dapat dicrank/distart.Mobil dapat di crank tapi tidak
bisa hidup.
Berikut gejala yang lebih spesifik, jika kondisi sensor CKP buruk atau rusak :
Berikut gejala yang lebih spesifik, jika kondisi sensor CKP buruk atau rusak :
- Relay Auto Shutdown tidak aktif dengan demikian
tidak dapat memberikan daya untuk mengaktifkan:
a) Injector bahan bakar
b) Coil pengapian
c)Relay pompa bahan bakar demikian dengan pompa
bahan bakar
-Tidak ada percikan bunga
api dari semua busi
-Pompa bahan bakar tidak
aktif selama cranking
-PCM/ECU tidak dapat
mengaktifkan injector
Dua gejala penting yang harus dicari ketika busi
tidak memercikkan bunga api dan tidak ada sinyal dikonektor injector (ditest
dengan menggunakan lampu LED). Jika satu busi memercikkan bunga api, atau salah
satu injector mengeluarkan sinyal, itu berarti sensor CKP tidak rusak.
2. Alat yang digunakan untuk mengetes sensor CKP
• Multimeter digital atau
analog
• Dongkrak
• Jack stand
• Rachet 1/2 dan kunci
sock yang sesuai kepala baut pulley crankshaft, guna untuk memutar pulley
3. Cara kerja sensor CKP
Sensor CKP pada mobil anda terdapat 3 kabel
hall-effect. Karena sensor crankshaft adalah sensor jenis hall- effect, menghasilkan sinyal
tegangan on/off, dan dapat diukur dengan menggunakan :
• Multimeter
• Osiloscop
• Lampu LED
Ketika anda memutar kunci kontak ke posisi "start", masing-masing dari 3 kabel yang terhubung ke sensor CKP memiliki peran kerja spesifik, yaitu :
• Osiloscop
• Lampu LED
Ketika anda memutar kunci kontak ke posisi "start", masing-masing dari 3 kabel yang terhubung ke sensor CKP memiliki peran kerja spesifik, yaitu :
sensor CKP
a) Pin konektor nomor 1 bertugas menerima supply tegangan sebesar 5 - 8 Volt dari PCM/ ECU
a) Pin konektor nomor 1 bertugas menerima supply tegangan sebesar 5 - 8 Volt dari PCM/ ECU
b) Pin konektor nomor 2 bertugas menerima ground
(arus listrik negatif), ground juga dikirim
ke PCM/ECU
ke PCM/ECU
c) Pin konektor nomor 3 bertugas memberikan sinyal
posisi crankshaft kemudian dikirim ke PCM/ECU untuk dikalkulasi
d) PCM/ECU menggunakan sensor CKP untuk mengaktifkan
rellay Auto Shut Down (ASD) atau sering disebut dengan rellay EFI e) Rellay EFI
akan mengaktifkan : rellay pompa bahan bakar demikianm dengan fuel pump, injector,
coil pengapian demikian pengapian untuk setiap silinder mesin
f) Oleh karena itu, sensor CKP (sinyal) sangat penting untuk menghidupkan mesin
Harus diketahui, jika sensor CKP rusak, maka
mobil anda hanya dapat dicrank, tetapi mesin mobil anda tidak dapat berputar
(hidup) karena kurangnya pengapian dan suplai bahan bakar.
4.
Test CKP 1
(Memeriksa sinyal)
Sensor CKP tertelak dibagian belakang mesin
(disamping menghadap ke depan). Sensor CKP terpasang aman diblok mesin .
Jika anda ingin melihat letak posisi sensor CKP
sebaiknya anda mendongkrak mobil untuk lebih nyaman melepas atau mengetes
sensor CKP, dan hati-hati, utamakan keselamatan anda dalam melakukan setiap hal
dalam pengetesan. Gunakan jack stand untuk menahan mobil, gunakan kaca mata
keselamatan untuk melindungi mata anda dari puing-puing atau kotoran yang
jatuh.
Hal pertama yang anda lakukan dalam pengetesan
sensor CKP adalah menverifikasi sinyal sensor CKP baik atau tidak, dengan
menggunakan multimeter.
Langkah-langkah pengetesan sensor CKP 1 sebagai
berikut :
1.
Pastikan
roda direm parkir dan ganjal roda belakang dengan balok, dongkrak mobil dan posisikan
jack stand pada titik tumpuan jack stand
2.
Lepaskan konektor pada coil pengapian. Hal ini
penting! Jangan melanjutakan pengetesan jika belum melepas konektor pada coil
pengapian
3.
Cari letak
sensor CKP pada mesin, keluarkan kabel yang ditutupi dengan plastik selongsong
warna hitam atau solasi kabel hitam
4.
Jika
kesulitan mengeluarkan kabel dari selongsong, saya sarankan melepas konektor sensor
CKP terlebih dahulu. Apabila sudah kabel sudah terlepas dari plastik pelindung,
pasang kembali konektor ke posisi semula. Sensor CKP harus terhubung dengan
arus listrik untuk mengetes sensor bekerja atau tidak
5.
Posisikan
multimeter ke mode tegangan DC, sobek atau tusuk kabel no 1 dengan peniti, dan
tempelkan Lead multimeter yang berwarna merah ke kabel no 1 (yang mengirim
sinyal ke CKP ke PCM)
6.
Pasangkan LEAD meltimeter hitam ke body mesin
(Ground)
7.
Setelah itu putar pulley crankshaft searah
jarum jam, amati layar multimeter. jangan sekali-kali mengenkol mesin dengan
motor starter atau memutar kunci kontak ke posisi "START", karena hal
ini meyebabkan hasil pengetesan tidak akurat
8.
Jika sensor
CKP bekerja dengan benar, multimeter akan menunjukkan tegangan On sebesar 5
Volt, dan saat posisi off akan menghasilkan tegangan sebesar 0.5 Volt. Kunci
utama untuk melihat perubahan tegangan adalah memutar pulley crankshaft secara
perlahan dan stabil
5.
Test CKP 2
(Mememriksa tegangan)
Dalam langkah ini, anda akan memverivikasi
tegangan pada sensor CKP.Dalam Hal ini Anda harus sangat hati-hati dengan kabel
ini, jangan sampai konslet atau menempel dengan ground. Karena jika terjadi
konslet beresiko akan merusak PCM/ECU, dan jangan menggunakan test lampu,
gunakanlah multimeter yang baik
Langkah-langkah pengetesan sensor CKP 2 sebagai berikut :
1.
Posisikan
multimeter pada mode DC, hubungkan kabel no 3 dengan LEAD berwarna merah pada
multimeter. Jangan memeriksa tegangan kabel pada konektor sensor, tusuk kabel
dengan alat yang tepat
2.
Tempelkan
LEAD hitam pada multimeter ke body mesin (ground)
3.
Putar kunci
kontak ke posisi ON
4.
Jika semua
rangkaian bagus, multimeter akan menunjukkan 5 - 8 Volt
6.
Test CKP 3
Langkah-langkah
pengetesan sensor CKP 3 sebagai berikut :
1.
Multimeter
dalam posisi DC, hubungkan LEAD hitam pada multimeter ke kabel no 2
2.
Tempelkan
LEAD merah pada multimeter ke terminal baterai positif
3.
Putar kunci kontak ke posisi ON
4.
.Jika
sirkuit (rangkaian) bagus, maka multimeter akan menunjukkan tegangan baterai
sebasar 12 volt ke atas.
DAFTAR
PUSTAKA
4.
http://fariekmoker.blogspot.com/2012/12/sensor-sensor-pada-mesin- efi.html
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking