PPT Sistem Pengapian Konvensional
https://docs.google.com/file/d/0B87n1lS1y6w3NTJnSmRfZjlFMFk/edit?usp=sharing
Saterdag 01 Junie 2013
SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
PPT SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
https://docs.google.com/file/d/0B87n1lS1y6w3S3hacGx5MTFkS00/edit?usp=sharing
https://docs.google.com/file/d/0B87n1lS1y6w3S3hacGx5MTFkS00/edit?usp=sharing
SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
Sistem Pengap ian Konvensional
1.
Sistem
Pengapian Konvensional
1.1
Pengertian
dan Fungsi Sistem Pengapian Konvensional
Sistem pengapian adalah salah satu sistem yang ada di
dalam motor bensin yang menjamin agar motor dapat bekerja. Sistem
pengapian ini berfungsi untuk menimbulkan
bunga api dengan menggunakan koil pengapian (ignition coil) yang kemudian didistribusikan ke masing-masing busi
melalui kabel tegangan
tinggi untuk membakar campuran bahan bakar yang sudah dikompresikan di dalam silinder. Sistem pengapian harus dapat
menghasilkan loncatan bunga api,
saat menghasilkannya pun harus tepat, dan saat
motor mengalami perubahan beban atau kecepatan,sistem
pengapian harus bisa menyesuaikan
sehingga motor dapat bekerja dengan sempurna .
1.2
Komponen
– Komponen dan Prinsip Kerja
Komponen pada sistem pengapian
konvensional, yaitu :
a. Baterai
Baterai adalah alat listrik-kimiawi yang menyimpan energi dan mengeluarkannya dalam bentuk listrik. Fungsi baterai adalah sebagai penyedia listrik pada
sistem kelistrikan pada kendaraan.
Ada 2 macam tipe baterai yaitu :
1. Baterai Tipe Basah (Wet Type)
Baterai tipe basah (wet
type) terdiri dari elemen-elemen yang telah diisi penuh dengan muatan listrik
(full charged) dan dalam penyimpanannya telah diisi dengan elektrolit. Baterai
ini tidak bisa dipertahankan tetap dalam kondisi full charge. Sehingga harus
diisi (charge) secara periodik.
Selama baterai tidak digunakan dalam penyimpanan, akan
terjadi reaksi kimia secara lambat yang menyebabkan berkurangnya kapasitas
baterai. Reaksi ini disebut “self Discharge”.
2. Baterai Tipe kering (Dry Type)
Baterai tipe kering (Dry
Type) terdiri dari plat-plat (positip & negatip) yang telah diisi penuh
dengan muatan listrik, tetapi dalam penyimpanannya tidak diisi dengan
elektrolit. Jadi keluar pabrik dalam kondisi kering. Pada dasarnya baterai ini
sama seperti dengan baterai tipe basah. Elemen-elemen bateraij ini diisi secara
khusus dengan cara memberikan arus DC pada plat yang direndamkan ke dalam
larutan elektrolit lemah. Setelah plat-plat itu terisi penuh dengan muatan
listrik, kemudian diangkat dari larutan elektrolit lalu dicuci dengan air dan
dikeringkan. Kemudian plat-plat tersebut dirangkai dalam case baterai. Sehingga
biala baterai tersebut akan dipakai, cukup diisi elektrolit dan langsung bisa
digunakan tanpa discharge kembali.
b. Kunci
Kontak
Kunci kontak
berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan listrik pada rangkaian atau
mematikan dan menghidupkan sistem. Kunci kontak pada kendaraan memiliki 3 atau
lebih terminal. Terminal utama pada kontak adalah terminal B atau AM
dihubungkan ke baterai, Terminal IG dihubungkan ke (+) koil pengapian dan beban
lain yang membutuhkan, terminal ST dihubungkan ke selenoid starter. Jika kunci
kontak tersebut memiliki 4 terminal maka terminal yang ke 4 yaitu terminal ACC
yang dihubungkan ke accesoris kendaraan, seperti: radio, tape dan lain-lainnya.
Kunci kontak memiliki 4
posisi yaitu: OFF, ACC, ON dan START. Hubungan kontak untuk masing-masing
posisi adalah sebagai berikut:
c. Coil
Fungsi koil pada sistem
pengapian kendaraan sangat sederhana, yaitu menaikkan tegangan listrik dari aki
yang cuma 12 volt, menjadi ribuan volt. Arus listrik yang besar ini disalurkan
ke busi, sehingga busi mampu meletikkan pijaran bunga api.
Fungsi koil
Fungsi koil pada sistem
pengapian kendaraan sangat sederhana, yaitu menaikkan tegangan listrik dari aki
yang cuma 12 volt, menjadi ribuan volt. Arus listrik yang besar ini disalurkan
ke busi, sehingga busi mampu meletikkan pijaran bunga api.
Yang biasa disebut
sebagai "koil racing", adalah koil yang mampu menghasilkan tegangan
listrik jauh lebih besar ketimbang koil standar. Apabila koil standar rata-rata
menghasilkan tegangan antara 12 ribu hingga 15 ribu volt, maka koil racing bisa
menghasilkan tegangan antara 60 ribu hingga 90 ribu volt
Tentu saja, dengan
tegangan listrik yang lebih besar itu, maka busi dapat menghasilkan pijaran api
yang juga lebih besar. Hasilnya adalah pembakaran yang lebih sempurna.Namun
yang harus diingat adalah, tegangan besar bukan satu- satunya faktor penentu
kualitas koil. Koil yang baik adalah koil yang mampu menghasilkan
tegangan listrik relatif besar dan stabil pada hampir seluruh putaran mesin.
Karena itu setelah menghasilkan tegangan maksimal pada putaran mesin tertentu,
kurva tidak boleh menukik terlalu tajam. Kurva yang menukik terlalu banyak,
menunjukkan kinerja yang buruk pada putaran (RPM) tinggi. Padahal pada RPM
tinggi justru dibutuhkan pembakaran yang baik.
d. Distributor
Fungsi distributor dapat di bagi
dalam 4 bagian ;
a. Bagian pemutus / arus . Pada bagian ini terdiri daria. breaker point (contact point / point ) Fungsinya adalah untuk memutuskan arus listrik dan menghubungkannya dari kumparan primer coil ke massa agar terjadi induksi pada kumparan sekunder coil .induksiterjadi pada saat breaker point I putus atau terbuka
Lihat gambar :
a. Bagian pemutus / arus . Pada bagian ini terdiri daria. breaker point (contact point / point ) Fungsinya adalah untuk memutuskan arus listrik dan menghubungkannya dari kumparan primer coil ke massa agar terjadi induksi pada kumparan sekunder coil .induksiterjadi pada saat breaker point I putus atau terbuka
Lihat gambar :
b. camlobe ( nok )
Fungsinya adalah untuk
mengungkit breaker point agar dapat memutus dan menghubungkan arus listrik pada
kumparan primer coil
Lihat gambar ;
C kondensor
Lihat gambar ;
C kondensor
Fungsinya adalah untuk menghilangkan /mencegah
terjadinya loncatan api atau bunga api listrik pada breaker point. Kemampuan
dari suatu kondensor dapat di tunjukkan dengan berapa besar
kapasitasnya.kapasitas kondenser di ukur dalam (uf ) mikro farad.pada kendaraan
Toyota ,condenser yang di pergunakan ada 3 macam ;
Condenser kabel warna hijau kapasitasnya 0,15
uf
Condenser kabel warna kuning kapasitasnya 0,22
uf
Condenser kabel
warna biru kapasitasnya 0,25 uf
Terbakarnya breaker point sering juga di akibatkan oleh condenser yang tidak sesuai dengan kapasitasnya atau kapasitasnya tidak normal.
Terbakarnya breaker point sering juga di akibatkan oleh condenser yang tidak sesuai dengan kapasitasnya atau kapasitasnya tidak normal.
d. Bagian
Governor Advancer
Bagian ini berfungsi
untuk memajukan saat pengapian sesuai dengan pertambahan mesin .bagian ini
terdiri dari Governor weight dan governor spring ( pegas governor )
Gambar di bawah ini menunjukkan kontruksi dari Governor Advancer
Gambar di bawah ini menunjukkan kontruksi dari Governor Advancer
e. Bagian
Vacum Advancer
Bagian ini berfungsi
untuk memundurkan atau memajukan saat pengapian pada saat beban mesin
bertanmbah atau berkurang. Bagian ini terdiri dari breaker plate vakum advancer
,yang akan bekerja atas dasar kevakuman yang terjadi di dalam intake manifold.
f. Busi
Busi
(dari bahasa Belanda bougie) adalah suatu suku cadang yang dipasang pada
mesin pembakaran dalam dengan ujung elektroda pada ruang bakar. Busi dipasang
untuk membakar bensin yang telah dikompres oleh piston. Percikan busi berupa
percikan elektrik. Pada bagian tengah busi terdapat elektroda yang dihubungkan
dengan kabel ke koil pengapian (ignition coil) di luar busi, dan dengan
ground pada bagian bawah busi, membentuk suatu celah percikan di dalam
silinder. Hak paten untuk busi diberikan secara terpisah kepada Nikola Tesla,
Richard Simms, dan Robert Bosch. Karl Benz juga merupakan salah satu yang
dianggap sebagai perancang busi.
Cara Kerja Busi:
Mesin pembakaran
internal dapat dibagi menjadi mesin dengan percikan, yang memerlukan busi untuk
memercikkan campuran antara bensin dan udara, dan mesin kompresi (mesin
Diesel), yang tanpa percikan, mengkompresi campuran bensin dan udara sampai
terjadi percikan dengan sendirinya (jadi tidak memerlukan busi). Busi
tersambung ke tegangan yang besarnya ribuan Volt yang dihasilkan oleh koil
pengapian (ignition coil). Tegangan listrik dari koil pengapian
menghasilkan beda tegangan antara elektroda di bagian tengah busi dengan yang
di bagian samping. Arus tidak dapat mengalir karena bensin dan udara yang ada
di celah merupakan isolator, namun semakin besar beda tegangan, struktur gas di
antara kedua elektroda tersebut berubah. Pada saat tegangan melebihi kekuatan
dielektrik daripada gas yang ada, gas-gas tersebut mengalami proses ionisasi
dan yang tadinya bersifat insulator, berubah menjadi konduktor.Setelah ini
terjadi, arus elektron dapat mengalir, dan dengan mengalirnya elektron, suhu di
celah percikan busi naik drastis, sampai 60.000 K. Suhu yang sangat tinggi ini
membuat gas yang terionisasi untuk memuai dengan cepat, seperti ledakan kecil.
Inilah percikan busi, yang pada prinsipnya mirip dengan halilintar atau petir.
g. Kabal
Tegangan Tinggi
Kabel tegangan
tinggi berfungsi untuk menyalurkan arus
listrik tegangan tinggi hasil induksi sekunder koil ke busi. Tegangan yang
dialirkan sebesar 15.000 volt sampai 30.000 volt. Kabel tegangan tinggi terdiri
dari tembaga yang diisolasi dengan karet silikon, karena arus yang mengalir
tegangannya sangat tinggi maka isolatornya sangat tebal.
1.3
Sistem
Kerja Pengapian Konvensional
Saat kunci
kontak on, kontak pemutus tertutup, arus dari terminal positif baterai mengalir
ke kunci kontak (lihat gambar (a) di atas), ke terminal positif (+) koil, ke
terminal negatif (-) koil, ke kontak pemutus, kemudian ke massa. Aliran arus ke
kumparan primer koil menyebabkan terjadinya kemagnetan pada coil (gambar (b).
Jika kontak
pemutus terbuka, arus yang mengalir ke kumparan primer terputus dengan
tiba-tiba maka kemagnetan disekitar koil hilang / drop dengan cepat. Kemudian
kumparan terjadi tegangan induksi. Karena saat kontak pemutus terbuka arus
listrik terputus, maka medan magnet pada koil hilang dengan cepat pada kumparan
sekunder terjadi induksi tegangan. Pada kumparan primer juga terjadi tegangan
induksi. Tegangan induksi pada kumparan sekunder disebut dengan tegangan
induksi mutual sedangkan pada kumparan primer disebut tegangan induksi diri.
Tegangan
tinggi pada kumparan sekunder (10000 V atau lebih) disalurkan ke distributor
melalui kabel tegangan tinggi dan dari distributor diteruskan ke tiap-tiap busi
sesuai dengan urutan penyalaannya sehingga pada busi terjadi loncatan api pada
busi. Tegangan pada kumparan primer sekitar 300 sampai 500 V disalurkan ke
kondensor. Penyerapan tegangan induksi diri oleh kondensor ini akan mengurangi
loncatan bunga api pada kontak pemutus. Efek tidak terjadinya loncatan pada
kontak pemutus adalah pemutusan arus primer yang cepat sehingga menghasilkan
perubahan garis-garis gaya magnat pada koil dengan cepat pula.
Aliran Arus
Listrik Saat Konci Kontak ON, Platina Menutup
Aliran arusnya adalah sebagai berikut:
Baterai —-> Kunci kontak —-> Primer koil —-> Platina —-> Massa.
Saat platina membuka, arus listrik
melalui primer koil terputus, terjadi induksi tegangan tinggi pada sekunder
koil, sehingga arus akan mengalir seperti dibawah ini:
Sekunder koil —-> Kabel tegangan tinggi —-> Tutup distributor —->
Rotor —-> Kabel tegangan tinggi (kabel busi) —-> Busi —-> Massa.
Akibat aliran listrik tegangan
tinggi dari sekunder koil, mampu meloncati tahanan udara antara elektroda
tengah dengan elektroda massa pada busi dan menimbulkan percikan bunga api.
Aliran Arus Saat Platina terbuka
1.4
Kerusakan dan Perbaikan Sistem Pengapian
Konvensional
Kinerja sistem pengapian sangat besar pengaruhnya
terhadap kesempurnaan proses pembakaran di dalam silinder, dengan sistem
pengapian yang baik akan diperoleh performa mesin optimal dan pemakaian bahan
bakar yang hemat.Gangguan sistem pengapian konvensional pada motor bensin
paling sering terjadi dibandingkan sistem lain.
Berikut akan diuraikan mengenai gejala dari gangguan
pada sistem pengapian konvensional beserta dengan kemungkinan penyebab dan cara mengatasi
gangguan yang
terjadi pada sistem pengapian konvensional.
KEADAAN
|
KEMUNGKINAN
PENYEBAB
|
PEMERIKSAAN
ATAU PERBAIKAN
|
|
1. Enjin berputar normal tetapi gagal untuk start
|
|
|
|
2. Enjin mengeluar-kan api balik (back fire)
dan gagal untuk start
|
|
|
|
3. Enjin hidup tetapi tersendat-sendat
|
|
|
|
4. Enjin hidup tetapi ada api balik
|
|
|
|
5. Enjin panas berle-bihan
|
|
|
|
6. Enjin kehilangan daya
|
|
|
|
7. Terjadi ketukan (knocking) lemah pada
enjin (ketukan bunga api)
|
|
|
|
8. Busi
rusak
|
|
|
|
9. Enjin tiba-tiba hidup atau mati suri
|
|
|
1.5 MERAWAT SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
Kinerja sistem pengapian sangat besar pengaruhnya
terhadap kesempurnaan proses pembakaran di dalam silinder, dengan sistem
pengapian yang baik akan diperoleh performa mesin optimal dan pemakaian bahan
bakar yang hemat. Agar kinerja sistem pengapian selalu dalam kondisi baik maka
sistem ini perlu dirawat dengan baik. Perawatan sistem pengapian dengan cara
membersihkan, melumasi dan menyetel komponen atau mesin.
Komponen
sistem pengapian yang cepat kotor adalah busi, platina, ujung rotor dan
terminal pada tutup distributor. Bagian tersebut diatas perlu diperiksa dan
dibersihkan kotorannya menggunakan amplas.Bagian sistem pengapian yang perlu
diberi pelumas adalah Nok dan Rubbing block, Poros Nok dan Centrifugal
Advancer.Penyetelan sistem pengapian meliputi penyetelan celah busi, celah
platina atau besar sudut dwell, dan penyetelan saat pengapian.
Bagi pemilik
kendaraan perawatan dapat dilakukan sendiri dengan alat yang terdapat pada
kelengkapan kendaraan, alat dan bahan yang diperlukan, yaitu:
Bahan : Grease (pelumas); amplas.
Alat : Kunci busi; kunci ring nomor
10, 12, 19; obeng (+); obeng (-); feeler gauge; lampu 12 volt dengan dua kabel;
multimeter.
Selain alat diatas pada bengkel yang
baik menggunakan beberapa alat, diantaranya:
a. Spark plug
cleaner and tester, merupakan alat untuk membersihkan dan memeriksa busi.
b. Spark plug
gauge, untuk mengukur dan menyetel celah busi.
c. Tune up
tester, untuk mengukur putaran dan sudut dweel.
d. Timing
tester, untuk mengetahui saat pengapian.
e. Condensor
tester, berfungsi untuk memeriksa kapasitas kondensor.
Langkah kerja dalam merawat sistem
pengapian adalah sebagai berikut:
a.
Memeriksa secara visual kelainan pada
komponen dan rangkaian sistem pengapian.
b.
Memeriksa, membersihkan dan menyetel
celah busi.
c.
Memeriksa dan membersihkan kabel
tegangan tinggi.
d.
Memeriksa, membersihkan rotor dan tutup
distributor.
e.
Memeriksa nok, centrifugal advancer dan
vacum advancer.
f.
Memeriksa koil pengapian.
g.
Memeriksa, membersihkan dan menyetel
celah platina atau menyetel sudut dwell.
Teken in op:
Plasings (Atom)